Dalam
wawancara konseling karir diperlukan suasana menyenangkan yang dapat
mendorong klien lebih terbuka untuk mengungkapkan dirinya, dan
selanjutnya konselor dapat lebih efefktif membantu klien. Demi tercapai
suasana demikian, dibutuhkan keterampilan konselor dalam mewawancarai
klien dan menganalisis hasilnya. Genogram yang dikembangkan oleh Okiishi
(1987) merupakan suatu alat yang
dipersiapkan untuk membantu
konselor-klien ketika wawancara karir berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan, hingga dapat mendorong keterbukaan yang dimaksud dalam
konteks silsilah keluarga. Genogram dipandang sebagai suatu metode yang
cocok untuk melukiskan pengaruh keluarga dan orang tua, dalam suatu
model gambar tiga generasi tentang asal usul keluarga. Pada mulanya,
Bowen (1980) menggunakan genograf di dalam wawancara terapi keluarga.
Kemudian genogram diperluas penggunaannya oleh McGoldrick dan Gerson
(1985). Selanjutnya, Okiishi (1987) mengembangkan genogram sebagai alat
bantu di dalam wawancara konseling karir.
Ketika seorang konselor dan
klien menjelajah persepsi klien tentang dunia kerja, klien mungkin dapat
menyingkapkan informasi yang cukup banyak. Akan tetapi dalam situasi
lain, klien mungkin akan mengalami kesulitan saat menghadapi pertanyaan
langsung dan akan menghasilkan jawaban yang sangat minim. Dalam setiap
pertemuan diharapkan diperoleh sisi pembicaraan yang memadai dan
informasi baru yang dapat dipadukan secara menyenangkan tanpa banyak
hambatan daya ingat.
Oleh karena itu, artikel Okiishi
(1987) ditujukan untuk memaparkan suatu metode yang membantu klien
dalam wawancara yang bersuasana menyenangkan, sehingga klien dapat
mengungkapkan dirinya dan beroleh informasi yang memadai serta
terorganisasi tentang aspirasi karir dan latar belakang silsilah
keluarganya sepanjang tiga generasi.
Pada bagian berikut dari tulisan
ini, diketengahkan tentang: (a) latar belakang konseptual genogram; (b)
pendekatan dan tahap-tahap wawancara karir yang menggunakan genogram;
dan (c) pembahasan
yang terfokus pada pertimbangan terapan dan riset genogram.
LATAR BELAKANG KONSEP GENOGRAM
Asumsi
yang melandasi dikembangkannya genogram sebagai alat wawancara
konseling adalah sebagai berikut, bahwa di dalam pemilihan karir
terdapat pengaruh dari orang lain yang berarti (significant-other
influences). Orang yang sangat berarti itu terutama berpengaruh terhadap
individu atau generasi muda dalam identifikasi perencanaan dan
pemilihan karir. Dengan kata lain, ketika individu mengidentifikasi dan
menentukan pilihan karir dipengaruhi oleh orang lain yang sangat berarti
bagi dirinya. Orang lain yang dimaksud, diindikasikan berdasarkan
beberapa penelitian yang dikemukakan Okiishi, yaitu guru-guru, teman
sebaya dan orang tua berpengaruh secara berarti bagi perkembangan dan
harapan atau ekspektasi karir para remaja.
Dengan demikian, orang lain yang
berarti (significant-other) bagi individu dapat merupakan salah satu
alat dalam pengembangan dan pemilihan karir. Dalam proses tersebut,
melalui rangkaian wawancara konseling antara konselor dan klien,
konselor mengidentifikasi orang lain yang berarti bagi klien; kemudian
menganalisisnya untuk mendapatkan informasi mengenai aspirasi dan
ekspektasi karir klien. Dengan cara ini, konselor dapat membantu klien
dalam suasana yang menyenangkan.
Penggunaan genogram dipandang
sebagai suatu metode yang cukup baik dan menyenangkan dalam rangka
menganalisis dan memanfaatkan pengaruh orang tua dan anggota keluarga
lainnya untuk pengembangan karir klien. Genogram secara istilah berasal
dari dua kata, yaitu gen (unsur keturunan) dan gram (gambar atau
grafik). Dalam bahasa Indonesia, genogram dapat dipadankan dengan gambar
silsilah keluarga.
Secara konseptual, genogram
berarti suatu model grafis yang menggambarkan asal-usul keluarga klien
dalam tiga generasi, yakni generasi dirinya, orangtuanya dan
kakek-neneknya. Genogram juga merupakan suatu alat untuk menyimpan
informasi yang dicatat selama wawancara antara konselor dengan klien
mengenai orang-orang dalam asal-usul keluarga klien. Keunikan setiap
klien ditekankan sebagaimana klien memandangnya dalam konteks keluarga.
Dalam wawancara genogram dapat
dianalisis berbagai aspek yang berkaitan dengan pengenalan diri dan
lingkungan, khususnya dunia kerja. Hal-hal yang dapat dianalisis antara
lain mengenai: (a) isi pengamatan diri klien; (b) pemahaman lingkungan
atau dunia kerja; (c) proses pembuatan keputusan; (d) model-model pola
hidup; dan (e) model-model okupasional. Misalnya, konselor dapat
bertanya sebagai berikut, “Siapa di antara keluarga yang menurut pikiran
anda tergolong berhasil dalam hidupnya?”, dan sebagainya. Dari jawaban
klien dapat diperkirakan mengenai kecenderungan model-model pola hidup
dan pola okupasionalnya. Atas dasar analisis itu konselor dapat membantu
klien dalam membuat perencanaan karir di masa depannya.
Bidang-bidang yang dapat
didiskusikan dalam wawancara genogram meliputi persepsi klien tentang:
(a) keberhasilan anggota keluarga sebagai pasangan, orang tua, kaeyawan,
kawan, dan saudara; (b) peningkatan atau penurunan mobilitas yang
berkaitan sebagai anggota keluarga yang telah mendapatkan karir; (c)
waktu, ruang, uang, dan hubungan yang dikelola di dalam serta di luar
keluarga; dan (d) integrasi setiap orang dalam macam-macam peranan yang
berbeda.
Dalam konseling karir, genogram
dapat membantu konselor dan klien menetapkan individu-individu dalam
keluarga klien yang mungkin memiliki arti penting bagi harapan-harapan
karir klien. Di samping itu, konselor dapat lebih memahami secara lebih
baik pandangan klien terhadap dunia kerja. Demikian pula mengenai
hambatan-hambatan yang mungkin muncul karena pengaruh orang lain dapat
diidentifikasi secara cermat.
Kemungkinan lain yang dapat
muncul berupa ambivalensi ketika terjadi konflik dalam diri klien, baik
internal maupun eksternal. Misalnya, tatkala klien mempunyai persepsi
yang positif terhadap pola hidup salah seorang anggotan keluarga, akan
tetapi mempunyai persepsi yang negatif terhadap jabatan dan
pekerjaannya. Dalam hal ini, konselor dapat membantu klien untuk
memecahkan ambivalensinya. Penguatan model peranan dapat pula dilakukan
melalui wawancara genogram. Misalnya cara klien menjawab pertanyaan
berikut, “Sampai sejauh mana keberhasilan salah seorang anggota keluarga
anda?”, dapat menunjukkan gambaran pengamatan penguatan model peranan.
Model kegiatan perjalanan-perjalanan hidup dari orang lain yang berarti,
dapat diidentifikasi melalui wawancara genogram ini. Bentuk pertanyaan
yang dapat diajukan misalnya, “Pada usia berapa tahun keluarga anda
mulai bekerja?; Apakah sering terjadi perubahan pekerjaan?; Bantuan
finansial dan emosional apakah yang telah ditawarkan dan diperoleh?;
Kepuasan apa yang pernah diperoleh dari
pengalaman kerja?; Apakah keuntungan dan kerugian yang diperoleh dalam pengalaman kerja?”
PENDEKATAN DAN TAHAP-TAHAP WAWANCARA
Penggunaan
genogram dalam konseling karir ditempuh melalui tiga tahapan. Tahapan
pertama, adalah konselor membentuk genogram berdasarkan informasi dan
arahan dari klien. Kedua, konselor bersama klien mencatat
pekerjaan-pekerjaan individu-individu tertentu yang ditunjukkan dalam
genogram. Ketiga, konselor bersama klien mengeksplorasi
individu-individu yang dinyatakan dalam genogram, dengan cara
membubuhkan catatan mengenai model-model peranan yang dipersepsi oleh
klien dan penguatan yang diberikan kepada model-model peranan itu.
Ketiga tahapan tersebut ditempuh selama wawancara bersama klien dan
hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, mengingat klien
mengungkapkan orang-orang dalam keluarganya.
Sebagai ilustrasi, berikut digambarkan mengenai ketiga tahap yang dimaksud.
Tahap 1 : Konstruksi Genogram
Ilustrasi
yang disajikan ini menggambarkan secara fiktif tentang suatu silsilah
keluarga dengan jumlah individu yang terbatas. Disarankan agar konselor
(pewawancara) memulai dengan menyediakan selembar kertas yang cukup
besar, sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan macam-macam
konfigurasi keluarga serta mendiskusikannya. Untuk membantu klien,
konselor membuat bagan yang menggambarkan anggota keluarga dan
pekerjaannya. Sebaiknya digunakan lambang yang berbeda antara pria dan
wanita. Misalnya, gambar kotak untuk lambang pria dan lingkaran sebagai
lambang wanita. Setiap anggota keluarga dalam satu generasi digambarkan
sejajar secara horisontal. Perkawinan sebelumnya dan anak yang lahir
dari perkawinan tersebut, anak yang hidup, yang meninggal dunia,
perceraian, dan sebagainya, digambarkan juga dalam genogram. Nama-nama
anggota keluarga dituliskan dalam kotak atau lingkaran tadi untuk
memudahkan
dalam mendeskripsikan dan menganalisis masalah klien.
Sebagai ilustrasi (Gambar
terlampirkan) tahap konstruksi genogram, klien bernama Yanti
(perempuan), mempunyai adik laki-laki bernama Erwin; dua orang tua yaitu
Joni (ayah) dan Sofia (ibu), dan kakek dan nenek yang masih hidup dari
pihak ayah bernama Hasan dan Karti; sedangkan dari pihak ibu bernama
Musa dan Sumi. Kakek dari pihak ayah (Hasan) dan putrinya yang kedua
(Mira) pada saat ini ada dalam keadaan kurang baik kondisinya
(garis-garis pada kotak dan lingkaran.
Konfigurasi yang cukup menarik
dari genogram ini adalah pada pihak keluarga Joni (ayah klien). Sinta
(kakak Joni) yang bersuamikan Agus (seorang petani) telah lama bercerai
(tanda garis yang terputus dan mempunyai anak kembar, yaitu Dedi dan
Teti. Dilihat dari situasi pihak ibu (Sofia) ada tiga hal penting yang
dapat ditampilkan dan dianalisis.Sofia menikah dengan Sobar (seorang
anggota TNI) yang meninggal dalam melaksankan tugas di Timor Timur, lima
bulan setelah pernikahannya. Sebelum anak pertama lahir, Sofia menikah
dengan Joni 19 bulan kemudian, dan tiga tahun berikutnya melahirkan
Yanti (sebagai klien), dua tahun kemudian disusul kelahiran adiknya
(Erwin).
Tahap 2 : Identifikasi Jabatan
Setelah
seluruh anggota keluarga ditempatkan dalam genogram, langkah
selanjutnya adalah wawancara untuk mengembangkan alternatif dalam upaya
mengidentifikasi jabatan. Dalam wawancara ini seyogianya dicatat secara
cermat berbagai peristiwa penting dalam seluruh perjalanan hidup anggota
keluarga. Kemudian dicatat pula pekerjaan-pekerjaan anggota keluarga
dan bagaimana klien memberikan penghargaan dan menjadikannya sebagai
sumber inspirasi karir. Dengan menganalisis hal tersebut, dapat
diidentifikasi arah minat dan pilihan jabatan klien. Hal ini dapat
digunakan sebagai bahan yang membantu klien dalam merencanakan dan
mengembangkan karirnya.
Tahap 3 : Eksplorasi Klien
Tujuan
tahap ini adalah untuk mengeksplorasi klien mengenai pemahaman dirinya,
pemahaman lingkungan khususnya lingkungan kerja serta kemampuan dalam
merencanakan dan membuat keputusan bagi karirnya sekarang dan masa yang
akan datang. Dalam tahap ini konselor menganalisis seluruh materi
wawancara dengan klien. Hal-hal yang dianalisis antara lain berkaitan
dengan peristiwa penting dalam keluarga, anggota keluarga yang paling
disenangi, riwayat keberhasilan karir anggota keluarga, anggota keluarga
yang dianggap berhasil dan ingin ditiru, anggota keluarga yang tidak
disenangi. Di samping itu, dapat pula dianalisis karakteristik pribadi
klien dalam kaitannya dengan siatuasi keluarga. Dengan informasi yang
diperoleh, selanjutnya konselor dapat membantu klien untuk lebih
memahami dirinya dan lingkungan, serta mampu merencanakan dan
mengembangkan karirnya.
PEMBAHASAN
Artikel
Okiishi (1987) yang esensinya dipaparkan di atas menunjukkan bahwa
genogram merupakan salah satu alat atau media yang dapat dipergunakan
dalam wawancara konseling karir, antara konselor dengan seorang klien
pada rentang usia remaja. Genogram dipandang sebagai alat wawancara
konseling karir yang berbentuk model grafis, yang di dalamnya
tergambarkan asal-usul keluarga klien dalam tiga genrasi, dari mulai
generasi dirinya, orangtuanya, hingga kakek-neneknya. Melalui media
genogram, klien dapat dibantu untuk memahami dirinya, lingkungan
keluarga khususnya yang berkaitan dengan dunia kerja serta pola-pola
okuvasional anggota keluarga, hingga dirinya dapat mengidentifikasi,
memahami, merencanakan serta membuat keputusan karir masa depan
hidupnya. Suasana yang ditimbulkan dalam wawancara konseling karir yang
menggunakan genogram dapat menyenangkan; dikarenakan klien berbicara
tentang keluarganya secara terpadu. Namun, secara praksis dalam
wawancara konseling karir, genogram tampaknya hanya dapat dipergunakan
kepada klien yang berlatarbelakang budaya terbuka untuk mengungkapkan
asal-usul keluarganya; dan dirinya berkarakteristik mudah membuka diri
dalam bentuk pembicaraan yang terfokus pada keluarga.
Kalaupun genogram akan digunakan
sebagai alat konseling, tampaknya lebih cocok ditempatkan pada awal
wawancara konseling, alih-alih sebagai media utama keseluruhan proses
konseling. Hal ini didasarkan pertimbangan di atas dan waktu pertemuan
pada setiap sesi konseling. Jika satu sesi konseling menghabiskan waktu
50 menit, maka informasi yang cermat dan mendalam tentang persepsi dan
ekspektasi klien tentang keluarga dan karir, mungkin tidak akan cukup
untuk diungkap. Sebagai konsekuensinya, setelah diperoleh gambaran
tentang keluarga klien, dibutuhkan pertemuan-pertemuan lanjutan untuk
kepentingan terapeutik ataupun pengembangan wawasan dan penentuan arah
pengambilan keputusan. Dengan kata lain, secara praksis, genogram kurang
memungkinkan diperoleh secara lengkap, apabila hanya mengandalkan satu
sesi pertemuan selama 50 menit. Suasana pengungkapan diri yang
menyenangkan (comfortable) bagi klien, memang dapat muncul saat dirinya
membeberkan siapa-siapa anggota kleuarganya. Namun, suasana demikian
dipandang akan muncul bila konselor berhadapan dengan klien yang
berkultur menyenangi pengungkapan tentang asal-usul keluarga; sedangkan
bagi klien yang tertutup kemungkinan sulit untuk menyingkap informasi
tentang keluarga secara mendalam. Artinya, agar tercipta suasana yang
mendorong klien membuka diri, diperlukan konselor yang kompeten dan
memiliki keterampilan wawancara yang memadai. Konselor perlu terlatih
untuk menggunakan genogram, agar dirinya memperoleh pengalaman dan
keterampilan dalam berinteraksi dengan pelbagai klien berikut makna
persepsi dan ekspektasinya.
Di samping itu, genogram dalam
penggunaannya lebih bersifat individual, alih-alih kelompok. Namun
begitu, tampaknya genogram perlu dipertimbangkan secara empirik untuk
diterapkan pada adegan kelompok kecil (tiga orang remaja misalnya), dari
mulai tahapan pertama sampai ketiga. Ketiga remaja klien yang menjadi
subjek uji-coba minimal telah teridentifikasi memenuhi persyaratan untuk
dipertemukan dalam adegan kelompok genogram. Dengan uji-coba seperti
itu kemungkinan diperoleh informasi yang kaya, baik mengenai proses dan
tujuan genogram sendiri, ataupun pengembangan model genogram yang lain.
Dalam konteks konseling karir,
bagaimanapun genogram dapat membuka wawasan klien tentang diri dan
keluarganya, selain menempatkan keluarga sebagai sumber inspirasi dan
ekspektasi dalam mengembangkan rencana dan menentukan keputusan karir
klien guna menempuh kehidupannya. Hal ini sangat penting, bila
dimunculkan hipotesis bahwa kemajuan dan kemunduran karir seseorang
berkait erat dengan aspirasi dan ekspektasi karir anggota keluarga yang
sangat berarti bagi dirinya. Hipotesis lain yang perlu diuji secara
empirik antara lain, adalah: (a) kecenderungan hubungan antara pilihan
karir dengan kultur pekerjaan atau jabatan anggota keluarga; (b)
keterkaitan antara karir anggota keluarga yang sangat berarti dengan
perkembangan identitas karir; (c) pengaruh orang yang sangat berarti
dalam keluarga terhadap pilihan karir individu; dan (d) perbandingan
nilai-nilai budaya karir antara keluarga pedesaan dengan perkotaan.
Berdasarkan pengalaman
mensimulasikan genogram untuk kepentingan perkuliahan Bimbingan Karir II
bagi mahasiswa S1 semester IV (1999/2000), diperoleh informasi sebagai
berikut. Pertama, untuk pelaksanaan tahap konstruksi genogram rata-rata
dibutuhkan waktu 2 x 50 menit atau dua kali pertemuan. Kedua, seorang
konselor yang menggunakan genogram dituntut untuk memiliki keterampilan:
(a) menggambar dan memetakan tema permasalahan yang dihadapi klien
berkaitan dengan anggota keluarganya; (b) membuka wawancara yang
memungkinkan klien terlibat dalam merumuskan genogram; (c) memilih dan
menggunakan pertanyaan-petanyaan yang menggali informasi tentang
keluarga klien; (d) menganalisis secara terfokus setiap pernyataan
klien
terhadap aspirasi dan ekspektasi karir keluarga dalam kaitannya dengan
kesanggupan merencanakan dan mengambil keputusan karir klien; dan (e)
merumuskan hasil analisis dalam bentuk pernyataan atau istilah yang
memungkinkan tertuang dalam lembaran genogram. Ketiga, setelah
keseluruhan tahapan genogram dijalankan, diperlukan langkah tindak
lanjut untuk memperoleh informasi tentang konsistensi klien terhadap
rencana dan keputusannya.
REFERENSI
Bowen, M. (1980). Key to the genogram. Washington, DC: Georgetown
University Hospital.
Marcia, J.E. et al., (1993). Ego Identity; A Handbook for Psychosocial Research.
New York: Springer-Verlag.
Okiishi, R.W. (1987). The Genogram as a tool in career counseling, dalam
Journal of Counseling and Development. Vol. 66, November 1987, 139-143.
Oleh Wahid Suharmawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar